Gunung Slamet (3.428 meter dari paras air laut) di Jawa Tengah terkesan
kian menjadi-jadi saja. Bukannya lebih kalem dan bertambah ‘jinak’, ia
kini justru kian gemar mempertontonkan kegagahannya kepada siapapun
manusia yang sedang berada ataupun bermukim di sekujur kaki dan
lerengnya. Semenjak kembali menyandang status Siaga (Level III) per 12
Agustus 2014 silam, intensitas letusan gunung berapi aktif tertinggi
kedua di seantero pulau Jawa ini cenderung meningkat. Suara dentuman dan
gemuruh kian sering terdengar. Kian jauh pula daerah yang sanggup
mendengar dentuman tersebut. Getaran tanah pun kian kerap terjadi,
membuat kaca-kaca jendela pada bangunan-bangunan di kaki gunung rutin
berderak-derak. Kepulan debu vulkanik yang dilepaskan dari lubang
letusan kian meninggi saja. Dan di malam hari material berpijar yang
mirip kembang api raksasa juga lebih sering muncul dengan ketinggian
semburan kian meninggi saja. Kini pancuran api tersebut bahkan sudah
mulai bisa dilihat dari kota Purwokerto, menjadikan Gunung Slamet ibarat
menara api penerang gelapnya malam hari.
selengkapnya baca disini
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Gunung Slamet, Si Menara Api di Malam Hari"
Posting Komentar